Manusia dan Kehidupan Sosial

Manusia dan Kehidupan Sosial

  1. Proses Sosial dalam Masyarakat
    Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan sosial dengan
    individu lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan sosial yang terjadi antar individu
    maupun antar kelompok tersebut juga dikenal dengan istilah interaksi sosial. Interaksi antara
    berbagai segi  kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari itu akan
    membentuk suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu
    sistem sosial dalam masyarakat. Keadaan inilah yang dinamakan proses sosial.
    Proses sosial yang terjadi dalam masyarakat tentunya tidak selalu berjalan dengan
    tertib dan lancar, karena masyarakat pendukungnya memiliki berbagai macam karakteristik.
    Demikian pula halnya dengan interaksi sosial atau hubungan sosial yang merupakan wujud
    dari proses-proses sosial yang ada. Keragaman hubungan sosial itu tampak nyata dalam
    struktur sosial masyarakat yang majemuk, contohnya seperti Indonesia.
    Keragaman hubungan sosial dalam suatu masyarakat bisa terjadi karena masingmasing suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, bahkan dalam satu suku
    bangsa pun memiliki perbedaan. Namun, perbedaan-perbedaan yang ada itu adalah suatugejala sosial yang wajar dalam kehidupan sosial. Berdasarkan hal itulah maka didapatkan
    suatu pengertian tentang  keragaman hubungan sosial, yang merupakan  suatu pergaulan
    hidup manusia dari berbagai tipe kelompok yang terbentuk melalui interaksi sosial yang
    berbeda dalam kehidupan masyarakat.
    Keragaman hubungan sosial dapat menimbulkan ketidakharmonisan, pertentangan,
    pertikaian antarsuku bangsa maupun intern suku bangsa. Jika keselarasan tidak ditanamkan
    sejak dini, terutama dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia yang memiliki keragaman
    hubungan sosial, maka dampak negatif tersebut akan menjadi kenyataan. Sebaliknya jika
    keselarasan dipupuk terutama dalam masyarakat majemuk, maka dampak negatif tersebut
    tidak akan terjadi, bahkan keragaman kebudayaan dalam masyarakat majemuk akan menjadi
    suatu aset budaya yang tak ternilai harganya.
    Sebagai seorang individu yang hidup dalam bangsa yang terdiri dari beragam suku
    bangsa dan memiliki keaneragaman budaya, pasti akan mengalami keragaman hubungan
    sosial. Dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keragaman hubungan sosial tersebut, ada
    beberapa hal yang perlu kita sikapi dan terapkan agar keselarasan dalam keragaman
    hubungan sosial dapat terwujud, antara lain:
    1. Mematuhi sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dimana kita hidup
    2. Beradaptasi (menyesuaikan diri) dalam perkataan dan tindakan kita dengan nilai dan
    norma yang berlaku
    3. Mengikuti aturan yang berlaku agar terjadi keselarasan sosial di dalam keluarga,
    masyarakat, bangsa, dan megara
    4. Saling menghargai antara sesama teman merupakan tindakan yang dapat mencegah kita
    dari pertentangan, terutama di tengah keragaman hubungan sosial dalam masyarakat kita
    yang majemuk
    5. Berusaha untuk mengerti dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada dalam
    masyarakat untuk menghindari terjadinya pertentangan yang tidak mendatangkan
    manfaat apapun juga
    Dalam praktek kehidupan sehari-hari, masih banyak sikap-sikap lain yang dapat
    dikembangkan  untuk menghadapi keragaman hubungan sosial yang ada. Agar bisa
    menjadi seseorang yang  bisa menghargai perbedaan, maka peserta didik dapat diajak
    belajar dari sekarang untuk menerapkan sikap-sikap tersebut.3
    B. Interaksi sebagai Proses Sosial
    Kimball Young dan Raymond W. Mack  mengemukakan bahwa interaksi sosial
    merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak akan
    mungkin ada kehidupan bersama.
    2
    Lebih lanjut John J. Macionis
    3
    menyatakan bahwa
    interaksi sosial merupakan suatu proses dimana individu bertingkah laku dan bereaksi dalam
    hubungan dengan individu lain. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
    interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal-balik antara dua atau lebih individu manusia, di
    mana ide, pandangan dan tingkah laku individu yang satu saling mempengaruhi, mengubah
    atau memperbaiki individu yang lain, atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat
    menggambarkan kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial antara dua manusia atau lebih.
    Hubungan timbal-balik tersebut dapat berlangsung antara individu dengan individu, antara
    individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok untuk mencapai suatu
    tujuan.
    Interaksi sosial adalah dasar proses sosial,  pengertian tersebut menunjuk pada
    hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Atau dengan perkataan lain, proses sosial
    merupakan cara-cara berhubungan dalam kehidupan masyarakat yang dapat dilihat apabila
    orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem
    serta bentuk-bentuk hubungan tersebut.
    4
    Maka apabila ada dua orang bertemu, interaksi
    sosial pun dimulai ketika mereka saling mengucapkan salam, berjabat tangan, saling
    berbicara, atau mungkin terjadi pertengkaran satu sama lain. Aktivitas-aktivitas semacam itu
    merupakan contoh dari bentuk-bentuk interaksi sosial. Soleman B. Taneko
    5
    menambahkan
    ciri-ciri interaksi sosial antara lain:  (1)  adanya dua orang pelaku atau lebih, (2)  adanya
    hubungan timbal balik antar pelaku, (3)  proses diawali dengan adanya kontak sosial, baik
    secara langsung (kontak sosial primer), maupun secara tidak langsung (kontak sosial
    sekunder), (4) adanya dimensi waktu (lampau, sekarang, dan akan datang) yang menentukan
    sifat hubungan timbal balik yang sedang berlangsung, dan (5)  adanya tujuan dari masingmasing pelaku.2
    Soerjono Soekanto. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Hal: 67.
    3
    John J. Macionis. 2008. Sociology 12
    th
    ed. Pearson Prentice Hall. Hal: 144.
    4
    Soerjono Soekanto. Ibid.
    5
    Soleman B. Taneko. 1984. Struktur dan Proses Sosial. Jakarta: CV. Rajawali. Hal: 10.4
    C. Syarat-syarat Interaksi Sosial
    Interaksi sosial tidak terjadi begitu saja, tetapi ada syarat-syarat tertentu supaya
    interaksi sosial berlangsung. Syarat-syarat tersebut adalah adanya kontak sosial dan
    komunikasi.
    1. Kontak Sosial
    Kontak sosial adalah hubungan sosial antara individu satu dengan individu lain yang
    bersifat langsung, seperti dengan sentuhan, percakapan, maupun tatap muka. Namun, pada
    era modern seperti sekarang ini kontak sosial bisa terjadi secara tidak langsung. Misalnya,
    orang-orang dapat berhubungan antara satu sama lain melalui telepon, telegrap, radio, surat,
    dan sebagainya. Perangkat-perangkat teknologi tersebut tidak memerlukan adanya hubungan
    fisik untuk mewujudkan suatu interaksi sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa hubugan fisik
    tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak sosial.
    Soerjono Soekanto,
    6
    membagi kontak sosial dalam dua bentuk, yaitu:
    a. Kontak sosial primer;  kontak sosial yang terjadi secara langsung. Misalnya: langsung
    bertatap muka (face to face), saling bertegur sapa, berjabat tangan, saling memeluk, saling
    tersenyum, dan lain-lain.
    b. Kontak sosial sekunder;  kontak sosial yang terjadi secara tidak langsung. Contohnya:
    Andi meminta kepada Dio agar mau membujuk Budi untuk datang ke rumah Andi; atau
    Inda bercerita kepada Susi bahwa Dani sangat kagum atas prestasi Susi dalam lomba
    menari.
    Apabila dilihat dari para pelakunya, kontak sosial dibedakan menjadi tiga, yaitu:
    a. Kontak sosial antar individu dengan individu
    Contoh: seorang anak yang mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Ia
    melakukan kontak dengan anggota-anggota keluarganya seperti ayah, ibu, kakak, dan
    sebagainya. Proses pembelajaran ini biasa disebut dengan sosialisasi.
    b. Kontak sosial antar individu dengan kelompok
    Contoh: seorang Lurah melakukan kontak dengan anggota-anggotanya dalam suatu rapat.
    Atau sebaliknya, pihak Kelurahan melakukan kontak dengan setiap anggota masyarakat
    ketika mengurus pembuatan KTP (Kartu Tanda Penduduk)
    c. Kontak sosial antar kelompok dengan kelompok
    Contoh: pertemuan OSIS antar sekolah, pertandingan sepak bola antar sekolah, dan
    lainnya.6
    Soerjono Soekanto. op.cit. hal: 71 – 76.5
    2. Komunikasi
    Komunikasi adalah proses penyampaian sesuatu hal atau pesan dari seseorang
    kepada orang lain yang dilakukan secara langsung maupun melalui alat bantu agar orang
    lain memberikan tanggapan atau tindakan tertentu.  Orang yang memberi pesan disebut
    komunikator, isi komunikasi atau berita yang disampaikan disebut pesan  (message),
    sedangkan orang yang menerima pesan disebut komunikan.
    Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran
    terhadap tingkah laku orang lain. Suatu senyum, misalnya dapat ditafsirkan sebagai suatu
    keramah-tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dn sikap ingin
    menunjukkan suatu kemenangan. Suatu lirikan mata, misalnya dapat ditafsirkan sebagai
    suatu tanda bahwa orang yang bersangkutan merasa kurang senang atau bahkan sedang
    marah. Dengan demikian, komunikasi memungkinkan kerjasama antara orang-perorangan
    dan antara kelompok-kelompok manusia, atau justru mengakibatkan terjadi
    kesalahpahaman karena masing-masing pihak tidak mau mengalah.
    Komunikasi mana yang termasuk dalam interaksi sosial? Kalau kita cermati, tidak
    semua komunikasi dapat menyebabkan terjadinya interaksi sosial, karena komunikasi
    dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
    a. Komunikasi searah (one way communication); yaitu komunikasi di mana komunikan
    hanya sebagai obyek penerima pesan saja, tidak dapat menjadi komunikator.
    Hubungan hanya bersifat searah saja, tidak ada timbal balik. Misalnya, komunikasi
    lewat radio, televisi, atau lewat media massa cetak (koran, majalah, dan lain-lain).
    b. Komunikasi dua arah (two way communication); yaitu komunikasi yang terjadi secara
    timbal-balik antara komunikator dengan komunikan. Suatu saat tertentu komunikator
    menjadi komunikan, dan saat lainnya komunikan menjadi komunikator. Jadi ada
    hubungan timbal-balik antara keduanya. Misalnya, proses interaksi belajar mengajar
    di kelas antara guru dan siswa, di mana ada saat siswa bertanya dan guru menjelaskan,
    atau sebaliknya.
    Berdasarkan dua kategori komunikasi di atas, komunikasi dua arah termasuk
    dalam kriteria interaksi sosial. Hal ini sesuai dengan batasan dari interaksi sosial yang
    menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan proses hubungan timbal balik antara
    individu dengan individu, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan
    kelompok untuk mencapai suatu tujuan. Namun, ada kalanya komunikasi satu arah dapat
    menjadi jembatan untuk menciptakan interaksi sosial. Misalnya, dua orang yang 6
    berkenalan lewat internet (chatting) lama-kelamaan menjadi akrab, akhirnya bertemu dan
    menjadi teman akrab.
    D. Sumber-sumber Interaksi Sosial
    Interaksi sosial walaupun bentuknya tampak sederhana, ternyata merupakan proses
    yang kompleks, yang tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang menjadi sumber proses
    sosial tersebut, antara lain: imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Sumber-sumber tersebut
    dapat mendorong seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.
    1. Imitasi
    Imitasi merupakan tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik melalui sikap,
    penampilan, maupun gaya hidupnya, bahkan apa saja dimiliki oleh orang lain tersebut.
    Imitasi terjadi pertama kali dalam proses sosialisasi keluarga, karena dalam keluarga seorang
    individu atau anak mulai meniru kebiasaan-kebiasan yang berlaku dalam keluarganya, seperti
    cara berpakaian, cara berbicara, adat isitiadat, kebudayaan, dan sebagainya.  Seiring dengan
    bertambahnya usia individu tersebut, proses imitasi ini akan terus berkembang sampai ke
    lingkungan tetangga, teman sepermainan, hingga lingkungan masyarakat lainnya.
    Imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses sosial. Peranan penting
    imitasi itu antara lain mampu mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilainilai yang berlaku. Namun, imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang
    negatif, karena seseorang atau sekelompok individu mengimitasi tindakan-tindakan yang
    menyimpang. Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan
    perkembangan daya kreasi seseorang. Saat ini proses imitasi semakin cepat berkembang
    terutama di kalangan usia muda, karena berkembangnya teknologi komunikasi seperti
    televisi, film, internet, dan sebagainya.
    2. Sugesti
    Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada
    orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mau mengikuti pandangan atau
    pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang.  Oleh karena sugesti merupakan anjuran yang
    bersifat menggugah emosi spontan seseorang tanpa berpikir panjang, maka keberhasilan
    sugesti ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut:
    a. Orang yang memberikan sugesti lebih berwibawa. Wibawa bisa disebabkan umurnya
    lebih tua, lebih berpendidikan, lebih berkuasa, dan lain-lain.7
    b. Pandangan yang diberikan lebih berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan si penerima
    sugesti
    c. Lebih berhasil bila kondisi si penerima sugesti dalam keadaan emosinya tidak stabil.
    Sebaliknya orang yang emosinya stabil akan susah untuk diberi sugesti.
    Contoh pemberian sugesti adalah maraknya iklan di televisi untuk menggunakan produk
    tertentu, pidato dalam kampanye partai politik, ajakan seorang teman untuk memakai
    narkotika, dan lainnya.
    3. Identifikasi
    Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginankeinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi ini
    sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas
    dasar proses ini.
    Kesadaran akan nilai dan norma-norma itu dapat diperoleh anak melalui identifikasi
    dengan orang tuanya, biasanya anak lelaki mengidentifikasi ayahnya dan anak perempuan
    mengidentifikasi ibunya. Identifikasi itu berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri
    anak untuk menjadi sama seperti ayahnya atau sama seperti ibunya. Kecenderungan ini
    bersifat tidak sadar bagi anak itu dan tidak hanya merupakan kecenderungan untuk menjadi
    seperti ayah atau ibu secara lahiriah saja, tetapi juga secara batin. Artinya anak itu secara
    tidak sadar mengidentifikasi sikap-sikap orang tuanya yang dapat ia mengerti mengenai
    norma-norma dan pedoman-pedoman tingkah lakunya sejauh kemampuan yang ada pada
    anak itu. Dalam proses identifikasi, seluruh sistem norma, sikap, tingkah laku orang tuanya
    sedapat mungkin dijadikan norma-norma, cita-cita, dan sebagainya.
    Proses identifikasi dapat berlangsung
    a. dengan sendirinya atau secara tidak sadar, misalnya: anak yang sewaktu kecil cenderung
    mengidentifikasi ayahnya
    b. dengan disengaja atau rasional, artinya identifikasi terjadi berdasarkan perasaanperasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara
    rasional, misalnya: anak perempuan yang mengidentifikasi sikap dan perilaku artis
    Madona yang terkenal. Namun, dia tidak berpikir bahwa rasional dalam mengidentifikasi
    artis tersebut, bahwa pakaian dan berperilaku seperti Madona kurang sesuai dengan
    budaya bangsa Indonesia  8
    c. dengan melihat kegunaannya  untuk melengkapi sistem norma, cita-cita dan pedoman
    tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu. Misalnya, seorang siswa yang
    mengidentifikasi guru idealnya dalam bertingkah laku di masyarakat.
    Hal-hal tersebut dilakukan karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di
    dalam proses kehidupannya.
    4. Simpati
    Simpati merupakan suatu proses kejiwaan bila seorang individu merasa tertarik pada
    seseorang atau sekelompok orang karena sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatannya yang
    sedemikian rupa. Di dalam proses ini perasaan seseorang memegang peranan yang sangat
    penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak
    lain dan untuk bekerjasama dengannya. Inilah perbedaan utamanya bila dibandingkan dengan
    identifikasi. Identifikasi lebih didorong oleh suatu keinginan untuk belajar dari pihak lain
    yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati, karena mempunyai
    kelebihan-kelebihan atau kemampuan-kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh.
    Proses simpati dapat berkembang jika berada dalam keadaan saling pengertian. Contoh:
    seorang pengusaha yang melihat seorang anak yang pandai dan rajin, tetapi sangat miskin
    yang hidup di suatu desa tertinggal. Tiba-tiba pengusaha tersebut merasa iba dan tertarik, lalu
    mengangkat anak itu menjadi anak asuhnya.
    Simpati dapat bersifat searah dan dapat bersifat  timbal balik (dua arah). Simpati
    searah, misalnya Alex simpati sekali dengan Bambang Pamungkas yang permainan sepak
    bolanya baik sekali, namun Bambang tidak mengerti kalau Alex merupakan simpatisannya.
    Simpati timbal balik  akan menghasilkan suatu hubungan kerjasama, misalnya  Rahmad
    Darmawan bersimpati kepada  Bambang Pamungkas sebagai  Kapten Sepakbola Timnas,
    demikian pula sebaliknya,  Bambang bersimpati kepada Rahmad sebagai pelatih sepakbola
    yang hebat. Hasil dari saling simpati tersebut lama-kelamaan akan menciptakan kerjasama
    yang baik dan saling menguntungkan.
    E. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
    Para ahli sosiologi mengadakan penggolongan terhadap  bentuk-bentuk interaksi
    sosial. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya
    interaksi sosial, yaitu: proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif.9
    1. Proses sosial asosiatif
    Proses sosial asosiatif adalah proses sosial yang mengacu kepada adanya
    kesamaan, keserasian dan keseimbangan pandangan atau tindakan dari orang-perorangan
    atau kelompok orang dalam melakukan interaksi sosial. Proses sosial asosiatif mengarah
    kepada adanya integrasi sosial.  Proses sosial asosiatif dapat berupa kerjasama,
    akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
    a. Kerjasama
    Kerjasama merupakan aktivitas sosial yang melibatkan dua orang atau lebih untuk
    mencapai tujuan yang sama. Beberapa Sosiolog menganggap bahwa kerjasama
    merupakan bentuk interaksi sosial yang utama dan banyak dilakukan orang, mengingat
    atas dasar bahwa segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan pada
    kerjasama. Interaksi yang berbentuk kerjasama dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu:
    1) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran (tawar-menawar)
    barang-barang dan jasa-jasa antara dua orang/ organisasi atau lebih.
    2) Cooptation, suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
    pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk
    menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
    bersangkutan
    3) Coalition,  kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuantujuan yang sama. Coalition dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk
    sementara waktu, mungkin karena dua atau lebih organisasi tersebut mempunyai
    struktur yang berbeda satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, karena maksud
    utamanya adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama maka
    sifatnya adalah kooperatif.
    4) Joint Venture,  merupakan bentuk kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek
    tertentu dengan perjanjian pembagian keuntungan menurut porsi masing-masing
    yang disepakati. Misalnya, dalam pembuatan jalan tol, pengusaha di Indonesia
    mengadakan kerjasama dengan pengusaha di Filiphina untuk membangun jalan tol
    di Filiphina, dengan perjanjisaan bahwa hasil perolehan atau keuntungan tersebut
    akan dibagi antara kedua belah pihak. Biasanya dalam joint venture tersebut satu
    pihak mengisi kekurangan-kekurangan pada pihak lain dan sebaliknya.10
    b. Akomodasi
    Dikotomi makna istilah akomodasi adalah (1) dipergunakan untuk menunjuk pada
    suatu  keadaan, dan (2) untuk menunjuk pada suatu  proses. Akomodasi yang menunjuk
    pada suatu  keadaan, berarti suatu kenyataan akan adanya keseimbangan  (equilibrium)
    dalam interaksi antara orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia, sehubungan
    dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.
    Sedangkan sebagai suatu proses, maka akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia
    untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
    Akomodasi sebagai suatu proses memiliki beberapa bentuk, yaitu:
    1) Koersi (coercion), adalah akomodasi yang dilakukan dengan kekerasan dan paksaan.
    Bentuk ini biasanya dilakukan oleh kelompok yang lebih kuat atau berpengaruh
    terhadap kelompok yang lemah. Misalnya perbudakan, dimana interaksi sosialnya
    didasarkan pada penguasaan majikan atas budak-budaknya di mana budak dianggap
    sama sekali tidak mempunyai hak-hak apapun juga.
    2) Kompromi  (compromise), adalah akomodasi yang dilakukan dengan cara masingmasing kelompok atau pihak yang berselisih bersedia mengurangi tuntutannya
    sehingga terjadi kesepakatan penyelesaian konflik
    3) Arbitrase  (arbitrage), adalah akomodasi atau penyelesaian konflik dengan cara
    meminta bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau badan yang
    kedudukannya lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertikai. Keputusan yang diambil
    oleh pihak ketiga ini bersifat mengikat. Contohnya perselihan antara buruh/ karyawan
    dengan pemilik perusahaan, kemudian keduanya meminta bantuan Badan
    Penyelesaian Perburuhan (BPP) Departemen Tenaga Kerja sebagai pihak ketiga.
    4) Mediasi (mediation), yaitu penyelesaian konflik dengan jalan meminta bantuan pihak
    ketiga yang disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berkonflik. Namun, keputusan
    yang diambil oleh pihak penengah atau pihak ketiga ini sifatnya hanyalah sebagai
    nasehat. Contohnya, perkelahian antar dua kampung yang berbeda dengan meminta
    kepala desa untuk mendamaikan.
    5) Konsiliasi  (Conciliation), yaitu proses akomodasi dengan jalan mempertemukan
    keinginan-keinginan pihak yang berselisih untuk dicapai persetujuan atau kesepakatan
    bersama. Contohnya, wakil perusahaan, wakil-wakil buruh, wakil-wakil Departemen
    Tenaga Kerja dan sebagainya, secara khusus bertugas menyelesaikan persoalanpersoalan jam kerja, upah buruh, hari-hari libur, dan sebagainya11
    6) Toleransi (Tolerance), adalah suatu akomodasi tanpa ada persetujuan secara formal
    antara pihak-pihak yang bertikai, namun sudah ada kesadaran dari tiap pihak.
    Contohnya, dalam keluarga terjadi pertikaian, namun karena masing-masing pihak
    menyadari kesalahannya pertikaian pun berakhir
    7) Stalemate, merupakan suatu akomodasi, di mana pihak-pihak yang bertentangan
    karena memiliki kekuatan yang seimbang, berhenti pada suatu titik tertentu dalam
    melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan karena bagi kedua belah pihak sudah
    tidak ada kemungkinan  lagi baik untuk maju maupun untuk mundur. Stalemate
    tersebut, misalnya terjadi antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet (Rusia),
    khususnya di bidang nuklir.
    8) Adjudication, yaitu suatu bentuk akomodasi yang dilakukan melalui proses di
    pengadilan. Contohnya,  sengketa warisan dimana masing-masing ahli waris ingin
    mendapatkan harta warisan sebanyak-banyaknya kemudian mereka sepakat
    diselesaikan di lembaga pengadilan, sehingga apa pun keputusan pengadilan, semua
    ahli waris harus rela menerimanya.
    c. Asimilasi
    Asimilasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang ditandai dengan
    adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orangperorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk
    mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental

Sumber dari Erlangga dan Jean Gelman Tyalor